Mekanisme Kerja Hormon dalam Pertumbuhan Tanaman
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TANAMAN
Project 2
(Mekanisme Kerja Hormon dalam Pertumbuhan Tanaman)
Nama : Rismon Paulus
NIM : 19/20890/BP
Kelas : SPKS D
FAKULTAS
PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
2020
Mekanisme
Kerja Hormon dalam Pertumbuhan Tanaman
Rismon Paulus
20890, Spks d
email: rismonpaulus78@gmail.com
Abstrak
Hormon tanaman adalah senyawa-senyawa organik tanaman
yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi proses-proses fisiologis. Auxin
secara langsung mempengaruhi pemanjangan sel. Sitokinin aktif dalam merangsang
pembelahan sel dan absisin berpengaruh menghambat pertumbuhan. senyawa phenol
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman misalnya coumarin dan cafein.
senyawa ini berpengaruh pada kadar yang tinggi maka tidak dapat dimasukkan pada
hormon.
Kata kunci: hormon tanaman,
auxin, sitokinin, senyawa phenol
A. Pendahuluan
Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini dan
selanjutnya harus dilakukan dengan penerapan teknologi baru seperti
bioteknologi dan penggunaan zat pengatur tumbuh. Masalahnya sekarang, mampukah
kita menyeleksi teknologi baru ini yang sesuai dengan keadaan Indonesia dalam
rangka menunjang pembangunan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah hormon tumbuh. Konsep zat pengatur
tumbuh diawali dengan konsep hormon tanaman. Hormon tanaman adalah
senyawa-senyawa organik tanaman yang dalam konsentrasi yang rendah mempengaruhi
proses-proses fisiologis. Proses-proses fisiologis ini terutama tentang proses
pertumbuhan, differensiasi dan perkembangan tanaman. Proses-proses lain seperti
pengenalan tanaman, pembukaan stomata, translokasi dan serapan hara dipengaruhi
oleh hormon tanaman. Hormon tanaman kadang-kadang juga disebut fitohormon,
tetapi istilah ini lebih jarang digunakan.
Hormon tumbuhan adalah zat pengatur tumbuh (ZPT) yang
memiliki fungsi fisiologis mengatur pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Hormon tumbuhan (fitohormon atau regulator tumbuh tumbuhan) merupakan molekul
organik, baik berupa senyawa metabolit maupun peptida, yang dihasilkan oleh suatu
bagian tumbuhan dan didistribusikan ke bagian yang lain. Konsentrasi hormon
dibutuhkan dalam jumlah yang rendah untuk respon fisiologis. Fungsi hormon
tumbuhan ini berperan dalam pemicu pertumbuhan (misal: auksin, sitokinin,
giberelin, dan etilen), penghambat pertumbuhan (misal: asam absisat), dan juga
dalam komunikasi tumbuhan (misal: asam jasmonat).
Hormon Asam
Traumalin Menjadi hormone yang bekerja dalam sistem trauma pada tumbuhan.
Kejadian trama bahkan bisa di lihat dan di amati dari tingkah lakunya. Membantu
dalam mengatasi kerusakan jaringan yang memberikan manfaat dan fungsi asam
traumalin adalah membantu tanaman mengatasi kerusakan jaringan. Caranya adalah
dengan melakukan regenerasi sel yang sudah tidak layak, atau sudah tua.
Sehingga jaringan selalu dalam tampilan baik dan berkualitas.
Zat pengatur tumbuh di dalam tanaman terdiri dari lima
kelompok yaitu : auksin, gibberellin, cytokinin, ethylene, dan inhibitor;
dengan ciri-ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fosiologis
tanaman. Senyawa-senyawa tersebut secara keseluruhan disebut phytohormon, yang
dapat mendorong inisiasi reaksi-reaksi biokimia dan perubahan-perubahan
komposisi kimia dalam tumbuhan. Bersamaan dengan itu terjadi pula
perubahan-perubahan dalam pola pertumbuhan , sehingga pada akhirnya
terbentuklah akar, batang, daun, dan bunga serta bagian-bagian lain dari
tumbuhan. Faktor lingkungan seperti suhu,cahaya, berinteraksi dengan fitohormon
dan beberapa proses biokimia selama tumbuh dan proses-proses diferensiasi
selanjutnya berlangsung dalam tubuh tanaman.
Auxin dan giberelin secara langsung mempengaruhi
pemanjangan sel. Sitokinin aktif dalam merangsang pembelahan sel dan absisin
berpengaruh menghambat pertumbuhan. Enthylen satu-satunya hormon tumbuh yang
berbentuk gas, berperan merangsang pemasakan buah dan kerontokan daun.
Disamping hormon-hormon ini terdapat beberapa senyawa phenol yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman misalnya coumarin dan cafein. Namun karena
senyawa ini berpengaruh pada kadar yang tinggi maka tidak dapat dimasukkan pada
hormon.
Auksin adalah senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya
dalam mendukung terjadinya pemanjangan sel pada pucuk, dengan struktur kimia
yang dicirikan oleh adanya cincin indole. Gibberellin adalah senyawa yang
mengandung gibban skeleton, yang dapat menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan
sel atau keduanya. Zat pengatur cytokinin adalah senyawa yang mempunyai bentuk
dasar adenine, yang mendukung terjadinya pembelahan sel. Etylen adalah senyawa
yang sangat sederhana sekali, terdiri dari dua atom karbon dan empat atom
hydrogen. Dalam keadaan normal ethylene berbentuk gas, mempunyai peranan dalam
proses pematangan buah dalam fase climaterik. Dan zat tumbuh yang terakhir
yaitu inhibitor, adalah zat pengatur tumbuh yang menghambat dalamproses
biokimia dan fisiologis bagi aktivitas ke empat zat pengatur tumbuh sebelumnya.
Dari ke lima jenis zat pengatur tumbuh tersebut diatas telah dibuat secara
sintetis untuk keperluan pertanian dan research, yang memungkinkannya akan
bermanfaat bagi pengetahuan dan pengembangan pertanian.
Hormon tumbuhan adalah senyawa yang disintesis di
dalam suatu bagian tumbuhan dan ditranslokasikan ke bagian lainnya ; dalam
konsentrasi yang rendah (sering efektif pada konsentrasi internal sekitar 1 uM)
dapat menyebabkan respon fisiologis. Respon pada organ target tidak selalu
bersifat promotif karena proses-proses seperti pertumbuhan dan diferensisasi
kadang-kadang di terhambat oleh hormon terutama ABA.
Karena banyaknya senyawa sintetik yang mempunyai
aktivitas seperti hormon maka digunakan istilah zat tumbuh atau zat pengatur
tumbuh tumbuhan untuk senyawa-senyawa yang dibuat secara sintetik. Pada
dasarnya ada lima macam kelompok hormon yang berperan pada tumbuhan, yaitu
auxin, sitokinin, giberelin, absisin dan etilen. Pertumbuhan tidak hanya
dipengaruhi oleh salah satu hormon, tetapi merupakan hasil kerjasama antara
kelima kelompok hormon tersebut. Project ini bertujuan untuk mengetahui dan
membuktikan mekanisme kerja hormone, terutama auksin.
B. Metode
Pelaksanaan project ini
menggunakan metode percobaan lapangan. Tiga perlakuan yang diujikan terdiri
dari tanpa pemangkasan, pemangkasan pucuk, dan pemangkasan pucuk + gel auksin.
Masing – masing tingkatan diulang sebanyak tiga kali. Adapun langkah percobaan
adalah sebagai berikut:
1.
Menyiapkan
3 polibag bibit tomat yang seragam
2.
Memberi
label pada polybag A, B, C
3.
Mengaplikasikan
pupuk NPK pada masing – masing polybag pada minggu pertama
4.
polybag
A: pucuk dibiarkan
5.
polybag
B: pucuk dipotong
6.
polybag
C: pucuk dipotong + ditutup dengan gel auxin
7.
Meletakkan
seluruh polybag di tempat terang
8.
Memelihara
tanaman sampai akhir praktikum
Pengamatan dilakukan pada
akhir praktikum pada parameter jumlah tunas dan panjang tunas. Hasil pengamatan
dianalisis deskriptif.
C. Hasil dan
Pembahasan
a)
Parameter akhir project
|
|
|
|
|
|
|
PERLAKUAN |
|
|
|
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PARAMETER |
|
Pucuk
dibiarkan |
|
|
Pucuk
dipotong |
|
Pucuk
dipotong + auxin |
|||||||
Ulangan |
Ulangan |
Ulangan |
Ulangan |
Ulangan |
Ulangan |
Ulangan |
Ulangan |
Ulangan |
||||||
|
||||||||||||||
|
1 |
|
2 |
|
3 |
1 |
|
2 |
|
3 |
1 |
2 |
3 |
|
Jumlah tunas |
0 |
|
1 |
|
1 |
3 |
|
4 |
|
4 |
1 |
1 |
0 |
|
Panjang tunas (mm) |
0 |
|
20 |
|
20 |
40 |
|
50 |
|
60 |
20 |
20 |
0 |
Gambar 1. Perlakuan tanaman terhadap jumlah tunas
Gambar 2. Perlakuan tanaman
terhadap Panjang tunas
PEMBAHASAN
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu pengujian hormon
tumbuh. Pengamatan yang dilakukan adalah terhadap tanaman bibit tomat. Pelaksanaan project ini menggunakan metode percobaan
lapangan. Tiga perlakuan yang diujikan terdiri dari tanpa pemangkasan,
pemangkasan pucuk, dan pemangkasan pucuk + gel auksin. Masing – masing
tingkatan diulang sebanyak tiga kali. Pada gambar 1 terdapat parameter dengan
perlakuan pucuk dibiarkan mengalami
pengaruh pertumbuhan jumlah tunas yang sedikit, pada perlakuan pucuk dipotong
mengalami pengaruh pertumbuhan tunas lebih banyak, sedangkan pada perlakuan
pucuk dipotong ditambahkan hormone auxin di ulangan pertama hanya memiliki satu
tunas pada ulangan ke dua tetap mengalami pertumbuhan jumlah tunas hanya satu
pada ulangan ke tiga jumlah tunas tida ada. Pada parameter Panjang tunas(mm)
pada perlakuan pucuk dibiarkan pada ulangan pertama mengalami pengaruh Panjang
tunas 0. Pada ulangan ke dua dengan perlakuan pucuk dipotong mengalami pengaruh
Panjang tunas 20 mm. pada ulangan ke tiga tetap mengalami pengaruh pertumbuhan
20 mm. pada perlakuan pucuk dipotong pada ulangan pertama mengalami pengaruh
pertumbuhan Panjang tunas 40 mm. pada ulangan ke dua mengalami pengaruh
pertumbuhan Panjang tunas 50 mm. pada ulangan ke tiga mengalami pengaruh jumlah
Panjang tunas 60 mm. sedangkan pada perlakuan pucuk dipotong+auxin pada ulangan
pertama mengalami pengaruh Panjang tunas 20 mm. pada ulangan ke dua tidak
mengalami perubahan Panjang tunas dan pada ulangan ke tiga tanaman mati. Pada
pratikum ini dengan perlakuan pucuk dipotong mengalami pengaruh sangat baik
pada tanaman dengan perkembangan tumbuh sangat baik. Auksin berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA
kromosom, serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk
merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang
pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan
hortikultura komersial terutama untuk akar, dapat digunakan untuk merangsang
pembungaan secara seragam, untuk mengatur pembuahan, dan untuk mencegah gugur
buah. Peran auksin bagi tanaman ialah
auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pertumbuhan akar. Menurut teori, dapat
dikatakan bahwa hormon auksin merupakan hormon pertumbuhan yang yang dapat
memacu pertumbuhan akar dan batang karena mengandung hormon yang dapat memacu
pembelahan moristematik bagian apikal (ujung) namun harus dalam konsentrasi
yang tepat, karena apabila konsentrasinya tidak tepat atau dalam hal ini kurang
ataupun lebih, maka kerja auksin tidak optimum bahkan dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Dan pada percobaan ini, akar yang dipotong karena auksin
sendiri terdapat pada ujung akar. Salah satu penyebab tidak tumbuhnya akar pada
pasta mungkin disebabkan oleh kondisi tanah yang terlalu lembab, sehingga tidak
cocok untuk syarat petumbuhan. Zat
pengatur tumbuh (ZPT) adalah hormon tumbuhan sintetik yang diproduksi di pabrik
dengan meniru karakter hormon tanaman. Oleh karena itu, meskipun ZPT itu
sintetik,khasiat dan fungsinya sama dengan hormon yang diproduksi oleh tanaman.
ZPT yangdiproduksi sendiri oleh tanaman disebut phytohormone (hormon tanaman).
Phytohormoneadalah zat organik yang sintesis oleh tanaman , ditranslokasikan ke
bagian tanaman lain dandalam konsentrasi yang sangat rendah secara efektif
mempengaruhi proses fisiologi tanaman. Sitokinin berfungsi sebagai pemicu
pembelahan sel pada tumbuhan. Senyawa yangdapat berfungsi sebagai sitokinin
adalah kinetin dan zeatin. Kinetin pada awalnya ditemukanpada ekstrak sperma
burung bangkai. Zeatin alami dapat diperoleh pada biji jagung muda.Selain itu
zeatin juga ditemukan pada air kelapa. Giberelin,
sering juga disebut dengan GA (gibberellic acid) atau asam giberelat.Giberelin
memiliki kemiripan sifat dengan sitokinin. Giberelin dapat ditemukan pada
hampirsemua siklus hidup tanaman.Giberelin dapat ditemukan dalam dua fase utama
yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif)dan giberelin nonaktif. GA bioaktif inilah
yang mengontrol pertumbuhan dan perkembanganseluruh tumbuhan baik akar, daun
maupun batang tanaman, seperti pengembangan benih, perkecambahan biji,
pertumbuhan tunas, pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah,
perpanjangan batang, serta deferensiasi akar.Pemberian giberelin di bawah tajuk
tumbuhan dapat meningkatkan laju fotosintesis.Daun tumbuhan berkembang secara
signifikan karena hormon ini memacu pertumbuhandaun, terjadi peningkatan
pembelahan sel dan pertumbuhan sel yang mengarah pada perkembangan daun. Selain
itu juga memacu pemanjangan batang tumbuhan.
D. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan, dapat disimpulan
sebagai berikut:
1. Tanaman
yang diberi hormone auxin tidak memiliki pertumbuhan tunas
2. Tanaman
dengan perlakuan pucuk dipotong pertumbuhan tunas nya sangat tinggi
3. Hormon auksin
pada tanaman dapat merangsang pemanjangan jaringan dan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, yaitu salah satunya pertumbuhan akar.
4. Pemberian
konsentrasi auksin yang tinggi justru dapat menghambat pertumbuhan akar tanaman
tersebut.
5. pemberian
hormone auxin tidak terlalu pesat mengalami pemanjangan tunas
Daftar Pustaka
Dwidjoseputro, D.
1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hartman, H. T. dan
D. E. Kester. 1975. Plant propagation. Prentice Hall International Inc.
London.
Hastuti, E. D., E.
Prihastanti dan R. B. Hastuti. 2000. Fisiologi Tumbuhan II. Universitas
Diponegoro.
Isbandi, J. 1983. Pertumbuhan
dan perkembangan Tanaman. Fakulas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Kaufman, P. B., J.
Labavitch, A. A. Prouty., dan N.S Ghosheh, 1975, Laboratory Experiment in
Plant Physiology, Macmillan Publishing Co., New York.
Salisbury, F.B.,
dan C.W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.
Sasmitamihardja,
Dardjat dan Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB
Press.
Komentar